Minggu, 10 Oktober 2010

Inton Lom Lawok: AYAH

Inton Lom Lawok: AYAH: "dimana....akan ku cari aku menangis... seorangg diri hatiku selalu ingin bertemu.... utkmu... aku bernyanyi utk ayah tercinta daku.... ingi..."

Inton Lom Lawok: Tinjauan Pelaksanaan Pekerjaan Tiang Pancang

Inton Lom Lawok: Tinjauan Pelaksanaan Pekerjaan Tiang Pancang: "BAB IPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan merupakan suatu tepian dimana kapal-kapal dan perahu-perahu dapat merapat dan membu..."

Tinjauan Pelaksanaan Pekerjaan Tiang Pancang

BAB I

PENDAHULUAN


1.1        Latar Belakang
   Pelabuhan merupakan suatu tepian dimana kapal-kapal dan perahu-perahu dapat merapat dan membuang jangkar untuk bisa melakukan bongkar muat barang, menaik turunkan penumpang dan kegiatan lainnya. Sarana penunjang perkembangan dan pertumbuhan kehidupan masyarakat dalam suatu wilayah. Semakin lancar sarana perhubungan pada suatu wilayah, semakin pesat pula perkembangan dan pertumbuhan wilayah tersebut. Hal ini dikarenakan oleh sistem mobilisasi barang dan jasa yang berjalan lancar dan efisien. Pemerintah dalam usahanya meningkatkan taraf hidup bagi seluruh rakyat membangun sarana-sarana dan fasilitas-fasilitas umum di segala bidang, salah satu di antaranya adalah prasarana perhubungan laut dan sungai dalam hal ini adalah Dermaga. Pertumbuhan penduduk dan meningkatnya Lalu lintas laut dan sungai serta kemajuan teknologi merupakan faktor mendesaknya kebutuhan akan prasarana darmaga penghubung yang baik. Oleh karena itu, Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan berusaha meningkatkan prasarana perhubungan antar kota atau daerah  melalui pembangunan  Dermaga di Sungai Lumpur Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi Sumatera Selatan.
Ditinjau dari sudut tofografis sebagian besar berada pada dataran rendah dengan dominasi rawa dan sungai, daerah pasang surut dan hutan dalam kategori perdu hingga tanaman keras pada beberapa tempat. Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Dermaga yang dilaksanakan Kementerian Perhubungan Direktorat Jenderala Perhubungan Darat Satuan Kerja (Satker) Pengembangan Lalu Lintas Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan (LLASDP) Sumatera Selatan yang bekerja sama dengan     PT. Karyatama Saviera, diharapkan dapat memenuhi kebutuhan prasarana Dermaga Sungai Lumpur Kabupaten Ogan Komering Ilir.

1.2        Maksud dan Tujuan Penulisan
Adapun maksud dan tujuan Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Dermaga yang dilaksanakan Kementerian Perhubungan Direktorat JenderalPerhubungan Darat Satuan Kerja (Satker) Pengembangan Lalu Lintas Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan (LLASDP) Sumatera Selatan yang bekerja sama dengan PT. Karyatama Saviera, diharapkan dapat memenuhi kebutuhan prasarana Dermaga Sungai Lumpur Kabupaten Ogan Komering Ilir dan sekitarnya. Oleh karena itu, dengan Pembangunan Dermaga Sungai Lumpur Kabupaten Ogan Komering Ilir akan mendukung peningkatan sarana transportasi, komunikasi, dan distribusi, sehingga perekonomian masyarakat setempat dan sekitarnya dapat meningkat pula. Di samping itu, juga untuk mempertahankan kondisi dermaga guna memperlancar arus lalu lintas dan menambah kenyamanan pemakai dermaga.
Penulisan laporan ini dimaksudkan untuk lebih memahami bagaimana proses Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Dermaga. Dengan adanya penulisan ini diharapkan Mahasiswa yang telah melakukan Kerja Praktek mampu menuangkan hal-hal yang diamati di lapangan ke dalam sebuah laporan yang tentunya akan sangat berguna untuk kemajuan bersama.

1.3        Metode Pengumpulan Data
Pada laporan ini dijelaskan uraian umum dan detail yang dilengkapi dengan keterangan-keterangan teknis yang didapat dari berbagai pihak sehingga diperoleh gambaran mengenai Kegiatan ini.
Dalam penyusunan Laporan Kerja Praktek ini, menggunakan metode deskriptif yang berdasarkan pada :
1.      Penelitian Lapangan (Field Research)
-         Pengamatan langsung ke lapangan
-         Tanya jawab dengan pelaksana Kegiatan
-         Penjelasan dari direksi pengawasan Kegiatan
-         Pedoman dari Rencana Kerja dan Syarat-syarat pekerjaan (RKS), spesifik umum serta job mix (pekerjaan merencanakan campuran material yang bertujuan untuk mengetahui jumlah bahan atau material yang digunakan di lapangan) dan back up data lapangan.


2.      Studi Pustaka
-         Menganalisa pekerjaan sebelum pelaksanaan pekerjaan konstruksi yaitu pemancangan, konstruksi beton, ponton dan bangunan pendukung lainnya. Bahan kuliah yang ada relevansinya dalam pembahasan Laporan Kerja Praktek.
-         Menganalisa secara konteks data dan masalah yang diperoleh dari lapangan untuk mengkontruksikannya dalam suatu kesimpulan.

1.4        Ruang Lingkup Penulisan
Pembahasan dalam laporan kerja praktek ini membahas mengenai tinjauan pelaksanaan pekerjaan Tiang Pancang.

1.5     Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini disusun bab demi bab yang di mana tiap-tiap bab dibagi lagi menjadi beberapa bagian yang akan diuraikan lagi. Hal ini dimaksudkan agar setiap permasalahan yang akan dibahas dapat segera diketahui dengan mudah.
Adapun penguraiannya sebagai berikut :
Bab I      Pendahuluan
      Dalam bab ini diuraikan latar belakang, tujuan pelaksanaan Kegiatan, perumusan masalah, metode pengumpulan data dan juga sistematika penulisan. Adapun dalam bab ini diberikan penjelasan secara umum dan garis besarnya.
Bab II    Tinjauan Pustaka
Merupakan bab yang berisi tentang uraian pengertian, definisi serta teori-teori dari beberapa referensi yang menunjang pada penulisan laporan Kerja Praktek ini.
Dalam bab ini dibahas juga data umum dan data teknis yang berhubungan langsung dengan Kegiatan ini. Dan juga memuat data yang lain seperti rencana kerja, kemajuan fisik mingguan, denda keterlambatan dan juga prosedur-prosedur antar pihak pemilik dengan kontraktor. Pengorganisasian merupakan suatu sistem yang harus dimiliki suatu Kegiatan Oleh karena itu, dalam bab ini dijelaskan struktur-struktur organisasi yang diperlukan serta tugas dan kewajiban setiap jabatan.
Bab III   Metodologi Penulisan
Merupakan bab yang berisikan tentang rancangan pelaksanaan atau prosedur penelitian yang akan dilakukan.
Bab IV   Pembahasan
Dalam bab pelaksanaan Kegiatan ini akan dijelaskan tahapan pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
 Bab V   Penutup
Dalam bab penutup berisikan kesimpulan dan saran dari hasil Kerja Praktek yang telah dilaksanakan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1       Gambaran Umum
Pemakaian tiang pancang dipergunakan untuk suatu pondasi suatu bangunan apabila tanah dasar di bawah bangunan tersebut tidak mempunyai daya dukung (bearing capacity), yang cukup untuk memikul berat bangunan dan bebannya atau apabila tanah keras yang mempunyai daya dukung yang cukup untuk memikul berat bangunan dan bebannya letaknya sangat dalam.
            Pondasi tiang pancang berfungsi untuk memindahkan beban-beban dari konstruksi di atasnya (super structure) kelapisan tanah yang paling dalam.

2.2.        Tinjauan Umum
Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Dermaga yang dilaksanakan Kementerian Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Satuan Kerja (Satker) Pengembangan Lalu Lintas Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan (LLASDP) Sumatera Selatan ini merupakan Kegiatan  yang dilaksanakan  oleh pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dengan DIPA Nomor : 0309.0/22-03.0/VI Tanggal 31 Desember 2008.
  Dalam hal ini, Kementerian Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Satuan Kerja (Satker) Pengembangan Lalu Lintas Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan (LLASDP) Sumatera Selatan selaku pemilik kegiatan menetapkan PT. Karyatama Saviera sebagai pelaksana pekerjaan kegiatan berdasarkan surat perjanjian kontrak Nomor : KTR.006/IV/SPLLASDPSS/2009/TANGGAL 08 APRIL 2009.
2.2.1.  Data Umum Kegiatan
-   Nama Kegiatan                    :   Pembangunan Dermaga Sungai Lumpur Kabupaten Ogan Komering Ilir.
-   Pemberi Tugas                      :   Kementerian Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Satuan Kerja (Satker) Pengembangan Lalu Lintas Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan (LLASDP) Sumatera Selatan
-   Nomor Kontrak dan             :   KTR.006/IV/SPLLASDPSS/2009
    Tanggal Kontrak                   :   08 April 2009
-   Mulai Pekerjaan                   :   08 April 2009
-   Selesai Pekerjaan                 :   06 Desember 2009
-   Masa Pemeliharaan               :   360 Hari Kalender
-   Nilai Kontrak                       :   Rp. 3.590.900,00 (termasuk PPN 10 %)
-   Sumber Dana                       :   0309.0/22-03.0/VI Tanggal 31 Desember 2008
-   Tahun Aggaran                     :   2009
-   Konsultan Pengawas             :   CV. Arch Consultant Engineering 4
-   Kontraktor                           :   PT. Karyatama Saviera
2.2.2        Data - Data Teknis
Lokasi Kegiatan
Kegiatan Pembangunan Dermaga Sungai Lumpur Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi Sumatera Selatan.
2.2.3    Uraian Kegiatan
-   Kegiatan Pembangunan Dermaga Sungai Lumpur Kabupaten Ogan Komering Ilir ini merupakan Kegiatan Kementerian Perhubungan Direktorat Jenderala Perhubungan Darat Satuan Kerja (Satker) Pengembangan Lalu Lintas Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan (LLASDP) Sumatera Selatan dengan sumber dana APBN Tahun Anggaran 2009.
-   Kegiatan Pembangunan Dermaga Sungai Lumpur Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi  Sumatera Selatan ini merupakan jalan penghubung Kecamatan Sungai Lumpur dengan Kota Kayu Agung, agar lebih efisien ditempuh serta sebagai penghubung antara kota/kabupaten.
2.2.4        Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
            Jadwal pelaksanaan kerja adalah suatu jadwal yang dibuat oleh kontraktor untuk mengetahui bobot dari suatu pekerjaan yang telah dicapai pada waktu tertentu.  Jadwal pelaksanaan kerja tersebut harus sesuai dengan time schedule yang telah dibuat, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan tepat waktunya. Jadwal pelaksanaan kerja berisi satuan perkiraan volume masing-masing pekerjaan dan waktu pelaksanaan masing-masing pekerjaan yang dihubungkan dengan kurva S. Jika terjadi penyimpangan yang mencolok dari jadwal kerja yang disusun, maka jadwal kerja tersebut harus ditinjau kembali dan dicari solusinya, sehingga rencana kerja tidak terlalu menyimpang dari rencana yang telah disepakati oleh keduan belah pihak.
2.2.5        Tinjauan Umum Kegiatan
            Kegiatan berarti suatu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu yang terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas dengan sasarannya telah digariskan secara jelas.
Ciri-ciri Utama Kegiatan adalah :
1.      Memiliki tujuan yang jelas dan khusus serta hasil kerja akhir.
2.      Bersifat non permanent (sementara), dalam suatu kegiatan Kegiatan pada umumnya dibatasi oleh selesainya tugas, dengan titik awal dan titik akhir pekerjaan ditentukan dengan jelas.
3.      Non rutin, atau tidak berulang-ulang.  Jenis dan intensitas kegiatan selalu berubah seiring dengan masa kegiatan Kegiatan berlangsung.
4.      Jumlah biaya, sasaran jadwal serta kriteria mutu semuanya dalam proses mencapai tujuan.
            Sebagaimana layaknya suatu Kegiatan, tiap-tiap Kegiatan yang berjalan harus memiliki tujuan khusus, di mana selain sarana dan prasarana di lapangan, tiap Kegiatan juga harus memiliki produk hasil kerja penelitian dan pengembangan.
            Untuk mencapai kegiatan tersebut, tiap Kegiatan dihadapkan pada suatu batasan, yakni besarnya anggaran (biaya) yang direncanakan/ dialokasikan dan jadwal serta mutu yang harus dipenuhi.  Ketiga batasan tersebut disebut juga sebagai tiga kendala.
            Oleh karena itu pula, ketiga batasan tersebut dianggap sebagai parameter penting dalam pelaksanaan suatu kegiatan Kegiatan yang dapat diartikan sebagai sasaran Kegiatan.  Sedangkan tolak ukur Kegiatan apakah berhasil atau tidak sangat tergantung dengan sejauh mana ketiga batasan tersebut dapat dipenuhi.
2.2.6        Manajemen Kegiatan
            Manajemen Kegiatan adalah suatu proses merencanakan, mengorganisir, memimpin dan mengendalikan sumber daya yang ada dalam perusahaan untuk mencapai sasaran jangka pendek yang telah ditetapkan sebelumnya.
            Konsep manajemen Kegiatan dipengaruhi oleh berbagai pemikiran manajemen yang telah ada sebelumnya, yaitu manajemen klasik (fungsional), pendekatan contingency (situasional) dan pemikiran system. Manajemen Kegiatan sendiri merupakan suatu kegiatan dinamis dan berbeda dengan kegiatan operasional rutin.
Adapun teknik dan metode yang spesifikasi dari manajemen Kegiatan adalah:


1.      Merencanakan
Pada tahap operasional manajemen Kegiatan perlu didukung oleh suatu perencanaan yang dapat menyusun secara cermat urutan pelaksanaan kegiatan maupun penggunaan sumber daya yang efisien.  Aspek perencanaan itu sendiri mengikuti hierarki sasaran objektif strategi operasional.
2.      Mengorganisir
Dalam suatu kegiatan Kegiatan perlu dibuat susunan organisasi yang memacu terselenggarannya arus kegiatan horizontal maupun vertikal dengan tujuan untuk mencapai penggunaan sumber daya secara optimal.  Arus kegiatan horizontal dimaksudkan untuk memperlancar proses pelaksanaan pekejaan yang sering sekali melibatkan sejumlah organisasi peserta Kegiatan di dalam dan di luar Kegiatan.  Arus kegiatan horizontal ini perlu digunakan karena bila hanya menggunakan arus kegiatan vertikal diperlukan waktu yang lama dalam mengikuti prosedur birokrasi yang dirancang untuk kegiatan rutin operasional.
3.      Memimpin
Dalam kegiatan Kegiatan diperlukan keterpaduan antara perencanaan dan pengendalian.
4.      Mengendalikan
Dalam kegiatan Kegiatan diperlukan keterpaduan antara perencanaan dan pengendalian.
5.      Menggunakan Pendekatan Sistem
Pendekatan ini menekankan bahwa Kegiatan adalah bagian dari siklus sistem yang lengkap, dan penanganannya harus memiliki metodologi sistem.
      Manajemen Kegiatan digunakan bila menghadapi situasi yang menyangkut reputasi perusahaan, derajat keterkaitan dan ketergantungan yang amat besarnya ukuran kegiatan.
2.2.7        Struktur Organisasi Kegiatan
            Dalam berbagai pekerjaan, struktur organisasi merupakan suatu kelengkapan yang sangat penting.  Demikian juga pada pekerjaan yang berkaitan dengan pembangunan suatu kontruksi.  Struktur organisasi ini mutlak diperlukan untuk menjamin kelancaran dan kesuksesan suatu Kegiatan.
            Struktur organisasi merupakan bagian dari manajemen atau pengelolaah Kegiatan dengan  cara tertentu untuk mendapatkan tujuan tertentu yang dalam hal ini merupakan keuntungan bagi perusahaan.  Struktur ini menggambarkan hubungan formal, tetapi tidak melukiskan hubungan informal yang timbul bila ada interaksi sosial.
Struktur organisasi formal akan menunjukkan :
a.       Macam pokok-pokok kegiatan organisasi
b.      Pembagian menjadi kelompok atau sub sistem
c.       Hierarki, wewenang dan tanggung jawab bagi kelompok dan pemimpin.
Dalam manajemen terikat unsur - unsur sebagai berikut :
-     Planning            :   Perencanaan sebelum dilaksanakan Kegiatan
-     Organization     :   Pengorganisasian Kegiatan, dalam hal ini struktur  organisasi Kegiatan termasuk  dalam tahap ini.
-     Actuating          :   Pelaksanaan masing-masing tahap kegiatan Kegiatan
-     Controling        :   Pengendalian yang baik, berupa pengendalian biaya yang dikeluarkan.
2.2.8    Unit Organisasi Pemilik Kegiatan/Employer
            Yaitu perangkat Pemerintah yang menjadi suatu badan penggerak dan bertanggung  jawab terhadap Kegiatan yang dijalankan. Misalnya pada Kegiatan Pembangunan Dermaga Sungai Lumpur Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi Sumatera Selatan  yaitu Kementerian Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Satuan Kerja (Satker) Pengembangan LLASDP Sumatera Selatan.
a.       Pemilik Kegiatan
      Pemilik Kegiatan Pembangunan Dermaga Sungai Lumpur Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi Sumatera Selatan adalah Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Satuan Kerja (Satker) Pengembangan LLASDP Sumatera Selatan. Dan dipercayakan kepada 1 (satu) kontraktor pelaksana, yang dalam hal ini dipercayakan kepada PT. Karyatama Saviera.

b.   Kepala Satuan Kerja/Pejabat Pembuat Komitmen
Kepala Satuan Kerja adalah orang yang diangkat untuk memimpin pelaksanaan kegiatan, mempunyai hak, wewenang, fungsi serta bertanggung jawab penuh terhadap Kegiatan yang dipimpinnya dalam mencapai target yang telah ditetapkan oleh Daftar Usulan Kegiatan (DUP), Daftar Isian Kegiatan (DIP), Daftar Isian Kegiatan (DIK), Lembar Kerja (LK) dan Petunjuk Operasional (PO).
   Tugas dan Kewajiban Kepala Satuan Kerja (Kasatker) :
1.      Mengurus, mengamankan dan memelihara semua kekayaan Kegiatan baik berbentuk uang, barang serta peralatan-peralatan.
2.      Melaksanakan kegiatan Kegiatan sesuai dengan kegiatan yang digariskan dalam Daftar Isian Kegiatan (DIP).
3.      Membuat pembukuan dan pencatatan semua kekayaan Kegiatan serta pertanggungjawaban secara kontinu, menyusun rencana operasional kegiatan pengeluaran, mengadakan pemeriksaan atas pengeluaran dan kas.
4.      Menandatangani atau menyetujui Surat Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pembangunan (SPJP) pada Kegiatan peningkatan jalan tersebut.
5.      Mempertanggungjawabkan semua kekayaan, kegiatan pengeluaran Kegiatan dari awal pelaksanaan sampai akhir Kegiatan. Oleh karena itu Pimpinan Kegiatan dibantu oleh beberapa staf ahli diantaranya :
a)      Pejabat Pembuat Surat Perintah Membayar (SPM) beserta Stafnya.
b)      Bendahara beserta Stafnya.
c)      Asisten Administrasi beserta Stafnya.
d)      Asisten Teknik
e)      Pengawas Lapangan
Pimpinan Kegiatan juga harus memahami dan melaksanakan berbagai hal yang lain dari hal yang tersebut diatas yaitu :
1.      Mengindahkan peraturan-peraturan perundangan yang berlaku dalam hal pengelolaan Kegiatan-Kegiatan APBN atau APBD.
2.      Mempelajari dokumen yang ada seperti Daftar Isian Kegiatan (DIP), Lembaran Kerja (LK), Petunjuk Operasional (PO).
3.      Membuat bagan tugas, siapa-siapa yang terlibat di dalam Kegiatan dan jadwal waktu agar lebih mudah melaksanakan pengendalian Kegiatan.
4.      Menyelesaikan Surat Keputusan (SK) Pembentukan Tim Kegiatan.
5.      Bersama Bendaharawan membuat specimen tanda tangan dan paraf, disampaikan kepada yang berkepentingan.
6.      Membuat Surat Tugas / Surat Perintah agar para tim Kegiatan melakukan tugasnya.
7.      Membentuk panitia adhoc sesuai ketentuan antara lain :
-     Panitia pembelian/pengadaan.
-     Panitia lelang
-     Panitia pemeriksa/pengawasan.
8.      Melaksanakan pembelian/pelelangan Kegiatan sesuai ketentuan berlaku.
9.      Melakukan pengujian terhadap tagihan yang diajukan kepada Kegiatan.
10.  Menandatangani tagihan yang akan dibayar.
11.  Menyelesaikan serah terima Kegiatan secara struktural, dengan membuat Berita Acara Penyerahan dari Pimpinan Kegiatan ke Pimpinan Instansi/Unit.
c.   Bendahara
          Bendahara adalah orang yang bertanggung jawab kepada Pemimpin Kegiatan atas pengaturan pembiayaan sesuai dengan peraturan yang berlaku pada pelaksanaan keuangan Daerah Provinsi Sumatera Selatan.
Tugas dan Kewajiaban Bendaharawan adalah sebagai berikut:
1.      Menyelenggarakan pengurusan keuangan baik bersifat penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran serta bertanggung jawab sepenuhnya atas pengolahan keuangan Kegiatan.
2.      Mematuhi peraturan-peraturan serta ketentuan-ketentuan yang berlaku bagi pelaksanaan Keuangan Daerah dan Negara.
3.      Membuat buku kas umum beserta buku penunjangnya.
4.      Membuat Surat Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pembangunan (SPJP).
5.      Mengadakan data yang bersifat kearsipan yang menyangkut dengan pembukuan.
6.      Bertanggung jawab atas uang kas Kegiatan yang diamanatkan oleh Pimpinan Kegiatan.
d.   Asisten Administrasi
      Yaitu orang yang membantu Pimpinan Kegiatan dalam membantu mengkoordinasi serta mengawasi tata laksana administrasi serta merencanakan pengendalian kebutuhan perlengkapan administrasi kantor guna menunjang pelaksanaan Kegiatan.
Tugas dan Kewajiban Asisten Tata Usaha meliputi:
Melaksanakan pemeliharaan bangunan kantor, kendaraan serta barang barang milik Kegiatan.
e.   Asisten Teknik
Adapun tugas dan kewajiban dari Asisten Teknis Yaitu :
1.      Membantu Pimpinan Kegiatan dibidang teknik, mengawasi Kegiatan dengan jalan meminta serta menerima laporan dari pengawas lapangan atau meninjau langsung kelapangan.
2.      Mengumpulkan serta meneliti data yamg berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan Kegiatan.
3.      Bertanggung jawab dalam mengumpulkan data-data Kegiatan serta menyusun data mingguan, bulanan dan triwulan.
4.      Membantu tugas Pimpinan Kegiatan sesuai dengan apa yang diberikan oleh Pimpinan Kegiatan kepadanya.
5.      Memberikan saran atau usulan teknik kepada Pimpinan Kegiatan bagi pelaksanaan Kegiatan yang sedang berjalan.
6.      Mengecek serta mengevaluasi pekerjaan-pekerjaan Kegiatan yang telah dilaksanakan agar tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan yang dapat melanggar peraturan-peraturan yang berlaku.
f.    Pengawas Lapangan
      Adalah orang yang bertugas dalam mengawasi pekerjaan yang dilaksanakan dalam Kegiatan yang dilakukan oleh kontraktor sehingga dapat memberikan laporan kepada Pimpinan Kegiatan mengenai kwalitas material, peralatan yang digunakan apakah sudah sesuai dengan rencana atau belum sehingga hasil yang dicapai maksimal.
2.2.9        Unit Organisasi Kontraktor Pelaksana
        Yaitu perusahaan/badan yang bergerak dibidang jasa konstruksi, dengan cara melakukan pemborongan dan penawaran dalam melaksanakan suatu Kegiatan yang telah disetujui oleh pemilik.
a.   Pimpinan Cabang/Direktur
            Pimpinan Cabang/Direktur ialah orang yang menandatangani kontrak dengan pemberi kerja. Apabila kontrak telah ditandatangani, bukan berarti semua sudah beres tetapi berarti semuanya baru akan dimulai. Apa yang terjadi setelah penandatanganan kontrak akan menentukan berhasil atau tidaknya seorang direktur dalam melaksanakan pekerjaan konstruksi.
      Adapun tugas dan kewajiban dari Pimpinan Cabang/Direktur yaitu :
1.      Mengusahakan supaya semua kewajiban-kewajiban terhadap pemilik pekerjaan/pemberi pekerjaan dipenuhi demi kepuasannya dan mengusahakan supaya semua hak kontraktor dipenuhi oleh pemilik/pemberi pekerjaan demi kepuasan kontraktor.
2.      Menyelesaikan serah terima Kegiatan secara struktural, dengan membuat Berita Acara Penyerahan dari Pimipan Cabang/Direktur Unit Kontraktor bersangkutan  ke Pimpinan Kegiatan.
b.   Project Manager
      Project Manager adalah unit organisasi kontraktor pelaksana yang berada di lapangan. Project Manager merupakan wakil mutlak dari perusahaan.
Adapun tugas dan tanggung jawab dari Project Manager mencakup hal-hal sebagai berikut :
1.      Mengepalai seluruh pelaksanaan Kegiatan.
2.      Bertanggung jawab terhadap seluruh administrasi Kegiatan baik teknis maupun non teknis.
3.      Mengkoordinir seluruh pelaksanaan pekerjaan di lapangan.


c.   Kepala Pelaksana (Site Manager)
Kepala Pelaksana ialah orang yang membawahi dari foreman dari setiap pekerjaan yang akan dilaksanakan fungsinya :
1.      Mengepalai seluruh orang yang ahli dalam setiap pekerjaan foreman
2.      Membuat laporan kepada General Suprintendent pada setiap pekerjaan yang akan dan yang telah selesai dikerjakan.
d.      Engineering
Engineering terbagi atas tiga bagian pelasana, yaitu :
1.      Quantity Surveyor
Mempunyai tanggung jawab sebagai berikut :
-         Bertanggung jawab atas seluruh perhitungan volume pekerjaan sebelum dan sesudah pelaksanaan pekerjaan Kegiatan di lapangan.
-         Mengukur semua existing yang akan dilaksanakan untuk memperoleh hasil akhir dari hasil pekerjaan.
-         Mengukur dan mengoptimalkan hasil pekerjaan harian untuk laporan bulanan (kuantitas).
-         Menyelesaikan hasil pekerjaan sebelum dan sesudah untuk menghitung volume setiap pekerjaan.
-         Membuat set drawing awal dan akhir setiap lampiran untuk back up kuantitas.
-         Membuat laporan hasil kuatitas harian, mingguan dan bulanan.

2.      Surveyor
Mempunyai tanggung jawab sebagai berikut :
-         Membuat data lapangan hasil pengukuran.
-         Mencatat, menginventarisasi dan melaporkan kondisi jalan.
-         Bertanggung jawab kepada General Superintendent.
-         Bekerjasama dengan drafter dalam membuat gambar spesifikasi Kegiatan yang akan dilaksanakan.
3.      Quality Control
1.      Mengikuti semua kegiatan kontraktor dan bertugas mengetes kendali mutu dari setiap item pekerjaan.
2.      Membuat laporan bulanan dari haasil pengendalian kualitas untuk mendukung data kuantitas setiap bulannya.
3.      Mengikuti semua pengetesan material yang akan dipakai untuk pelaksanaan pekerjaan agar sesuai dengan spesikasi yang ditentukan.
e.   Logistik
      Logistik bertindak sebagai pemeriksa material dan peralatan yang tiba di lokasi Kegiatan, apakah material dan peralatan yang datang sesuai dengan pesanan, baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
Tanggung jawab bagian logistik adalah :
1.      Bertanggung jawab atas penyediaan kebutuhan dan pengeluaran logistik berupa bahan dan barang.
2.      Memperhatikan dan mengawasi semua kebutuhan logistik bagi seluruh pekerja yang terlibat di dalam Kegiatan tersebut.
3.      Membuat laporan bagian logistik kepada bagian keuangan.
f.        Produksi
      Bagian produksi bertanggung jawab atas semua material yang akan digunakan di lapangan, baik berupa agregat, aspal, pasir dan material lainnya yang akan digunkan. Bagian produksi ini terbagi atas 3 (tiga) bagaian material yang akan digunakan, yaitu :
1.   Concrete
2.   Aggregate
3.      Concrete Structure
Semua bagian di atas memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing sesuai dengan jenis pekerjaannya.
g.   Keuangan
      Bagian ini bertindak sebagai juru bayar di Kegiatan, tugas-tugasnya antara lain :
1.      Bertanggung jawab atas semua jenis kebutuhan pengeluaran keuangan Kegiatan.
2.      Membuat secara rinci pembukuan keuangan yang ada.


h.   Kepala Alat dan Kendaraan
1.      Bertanggung jawab dalam manyiapkan alat dan kendaraan yang diperlukan dalam Kegiatan
2.      Memberikan rincian biaya yang diperlukan untuk menyewa alat dan kendaraan yang diperlukan dalam Kegiatan
3.      Membawahi sopir dan operator alat-alat berat
i.        Foreman dan Labours
Tanggung jawab foreman atau pelaksana adalah :
1.      Bertanggung jawab semua atas pekerjaan di lapangan.
2.      Mempersiapkan kendaraan yang akan digunakan setiap hari kerja.
3.      Bekerjasama dengan bagian logistik dalam mengatur kebutuhan di lapangan.
4.      Mengkoordinir dan mengawasi aktifitas pekerjaan para operator setiap hari kerja.
j.        Operator/Driver
Bertugas mengoprasikan alat-alat berat dan kendaraan operasinal yang akan digunakan dalam Kegiatan.

2.3       Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan Persiapan Pra Pelaksanaan Konstuksi atau biasa disebut Rekayasa Lapangan meliputi persiapan alat, personil, sarana dan fasilitas-fasilitas penunjang lainnya yang disesuikan  dengan kondisi lingkungan dan faktor kesulitan yang ada.
            Pekerjaan persiapan tersebut terdiri dari :
-         Penyerahan Lapangan
Lapangan pekerjaan sebelum diserahterimakan secara resmi oleh pemilik kepada kontraktor, tidak boleh dikerjakan dahulu oleh kontraktor karena hak atas lahan tersebut masih ada pada pemberi tugas dalam hal ini adalah Kementerian Perhubungan Direktorat Jenderala Perhubungan Darat Satuan Kerja (Satker) Pengembangan Lalu Lintas Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan (LLASDP) Sumatera Selatan.
-         Pembuatan Base Camp/Barak Kerja
Pembuatan base camp atau barak kerja sangat perlu dilakukan oleh kontraktor, seluruh kegiatan lapangan akan dipusatkan di base camp.
-         Pembersihan Lahan
Pada lokasi pekerjaan tersebut
-         Mobilisasi Alat
Seluruh yang digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana kerja harus sudah siap dibawa atau diangkut sebelum waktu pelaksanaan dimulai, peralatan yang dimulai diangkut mulai dari peralatan berat hingga peralatan bantu lainnya, mobilisasi ini tidak boleh terlambat karena apabila hal ini terjadi akan membuat pekerjaan tidak selesai sesuai dengan waktu yang ditentukan.
2.4     Pekerjaan Lapangan
2.4.1.     Persiapan Pemancangan
1.   Membuat ukuran : tiang pancang yang akan dipancang terlebih dahulu dibuat ukurannya dengan interval 0,5 – 1,00 m sehingga dapat membantu memudhkan dalam menentukan batas kedalaman tiang pancang yang telah dipancang.
2.   Meletakkan tiang pancang : dalam meletakan posisi tiang pancang harus diatur sedemikian rupa dalam penumpukannya, sehingga memudahkan didalam pengangkatan nantinya.
3.   Siapkan peralatan pemancangan yang sudah dicek kondisi alat tersebut apakah baik atau buruk supaya tidak terjadi halangan yang dapat menghambat proses pemancangan, dengan memperhatikan :
a.   Posisi crane pancang dari satu titik ke titik berikutnya harus dapat dipindahkan dengan mudah.
b.   Peralatan crane pancang itu sendiri apakah sudah lengkap atau belum untuk dipergunakan, dengan menempatkan posisi hammer, dan leader dengan baik dan benar.
c.   Crane pancang yang sudah dipancang tidak boleh menyentuh posisi tiang pancang lain yang telah dipancang.



2.4.2.     Tahap Pemancangan Pile
Pemancangan dilakukan dengan menggunakan mesin pancangan franki dan ditumbuk dengan alat yang bernama hammer. Adapun caranya sebagai berikut :
1.   Setelah posisi tiang pancang lurus, angkat hammer dan letakan diatas tiang pancang kedua tersebut.
2.   Cek koordinat dan kelurusan tiang pancang dengan posisi hammer yang di monitoring oleh surveyor.
3.   Perintah maju, mundur, kiri dan kanan antara surveyor dengan operator crane serta kerja sama yang baik antara pekerja guna kelancaran dalam pemancangan.
4.   Jika posisi tiang pancang telah siap, operator crane melakukan penguncian kendali sekaligus mulai melakukan dorongan secara perlahan-lahan terhadap tiang pancang sampai tiang tersebut mencapai kedalam tanah akibat berat sendiri dan sampai berhenti sendiri.
5.   Perintah memulai pemancangan dikomandoi oleh surveyor dan operator crane.
6.   Tiang pancang siap dipancang.
7.   Laksanakan pemancangan dan selama pemancangan catat jumlah pukulan dan kedalamannya (Record Of Pile Driving) setiap 1,0 m tiang pancang yang masuk ke dalam tanah pada form yang telah disiapkan.
8.   Surveyor selama pemancangan tetap mengawasi kelurusan tiang pancang searah terus menerus.

2.5     Pekerjaan Pengangkutan
a. Pola dua tumpuan
M1         =                                                                    .....2.1
                  g : berat tiang pancang :   kg/m
M2         =                                             .....2.2
M1         =  M2
                 
                  4 a2 + 4 all2 = 0
b.   Pola satu tumpuan
M1         = 
R1          =                                                .....2.3
              = 
Mx         =  R1x -                                                          .....2.4
Syarat Ekstrim      = 
                                R1 – gx  = 0
                                           x =   
Mmax                    =  M2 =

M1 = M2 ......
                        a =









BAB III
METODOLOGI PENULISAN

Adapun metodologi penulisan dalam penyusunan Kerja Pratek ini secara garis besarnya dapat penulis uraikan secara sistematis, berikut dengan diagram alur pelaksanaan adalah sebagai berikut :















Gambar. 3.1 Diagram Alur Penulisan
BAB IV

PEMBAHASAN


4.1     Kelompok Tiang Pancang
Pada keadaan sebenarnya jarang sekali kita dapati tiang pancang yang berdiri sendiri (single pile), akan tetapi kita sering mendapat pondasi tiang pancang kelompok (pile group).
Diatas pile group biasanya kita letakkan suatu konstruk poer (footing) yang mempersatukan kelompok tiang tersebut.
Dalam perhitungan-perhitungan poer dianggap atau dibuat kaku sempurna sehingga :
-         bila beban-beban yang bekerja pada kelompok tiang tersebut menimbulkan penurunan maka setelah penurunan bidang poer tetap akan merupakan bidang datar.
-         Gaya-gaya yang bekerja pada tiang berbanding lurus dengan penurunan tiang-tiang tersebut.
Dalam pekerjaan ini yang digunakan adalah tiang pancang yang berdiri sendiri atau single pile yang sudah di pabrikasi (siap pakai).

4.2          Perhitungan Tiang Pancang
Dalam pekerjaan ini yang digunakan adalah tiang pancang yang berdiri sendiri atau single pile yang sudah di pabrikasi (siap pakai). Maka perhitungannya telah di tentukan yang sesuai dengan Standar Nasional Indonesia.

4.3          Perhitungan Pengangkutan Tiang Pancang
Pengangkutan tiang pancang dilakukan menurut dua pola pengangkutan dengan cara perhitungan momen yang terbesardari kedua pola tersebut.
a. Pola dua tumpuan









Gambar 4.1. Pola Dua Tumpuan




M1         = 
                  g : berat tiang pancang :   kg/m
M2         = 
M1         =  M2
                 
                  4 a2 + 4 all2 = 0
Diketahui ukuran tiang pancang :
40 x 40
Panjang 23 meter
a            =  0,2091
              =  0,209∙23 = 4,80 m
g            = 0,40∙0,40∙1∙2400 = 384 kg/m’
M1 = M2 = ½ g ∙ a2 = ½ ∙ 384 ∙ 4,802 = 4424 kgm      







b.   Pola satu tumpuan








Gambar 4.2. Pola Satu Tumpuan
M1         = 
R1          = 
              = 
Mx         =  R1x -
Syarat Ekstrim      = 
                                R1 – gx 0
                                x =
Mmax                    =  M2 =

M1 = M2 ......
                        a =
2a2 – 4 al + 12 = 0
a = 0,29 l = 0,29 ∙ 23 = 6,67 m
M1 = M2 = ½ g a2 = ½ ∙ 389 ∙ 6,672 = 8542 kgm













Tabel 4.1 Spesifikasi Material Tiang Pancang Beton Pabrikan
Sumber : PT. WIKA Beton

4.4.      Pelaksanaan Di Lapangan
Pemindahan atau penempatan tiang pancang
-     Tiang pancang harus tersusun dengan rapi dan sesuai dengan kapasitas ketinggian tumpukan.
-     Penempatan tiang pancang harus diletakkan pada posisi yang tepat sehingga memudahkan dalam pengangkatan tiang tersebut.
-     Tiang pancang yang akan diangkat, terlebih dahulu diangkat pada satu posisi pada bagian ujung tiang pancang.
-     Kemudian  pada ujung tiang pancang berikutnya diikat dengan posisi yang sama sesuai dengan petunjuk atau tanda yang telah diberikan oleh pabrik.
-     Tiang pancang yang diletakkan harus diberi alas untuk memudahkan untuk pemindahan selanjutnya.









Gambar 4.3. Pemindahan dan Penempatan Tiang Pancang

Pemancangan tiang pancang
-         Pada proses pemancangan harus dilakukan sangat hati-hati.
-         Pancang pertama yang dipakai yaitu tiang pancang bagian pensil (bottom), terlebih dahulu tiang pancang diangkat pada bagian ujung,  kemudian ditarik pada posisi mesin pancang (hammer diesel/drop hammer).
-         Setelah tiang pancang sudah terpasang pada posisi yang tepat, maka lakukan pemancangan.













Gambar 4.4. Pemancangan Tiang Pancang
Penyambungan Tiang Pancang
-         Proses pengangkatan dan pemancangan tiang pancang berikutnya sama dengan proses pemancangan sebelumnya.
-         Kemudian letakkan tiang pancang pada posisi tegak lurus di atas tiang pancang sebelumnya, kemudian lakukan pengelasan.
-         Pengelasan penyambungan dilakukan sampai penuh dan diberi pengaku (doubling).










Gambar 4.5. Penyambungan Tiang Pancang



BAB V

PENUTUP


5.1     Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan dan analisa selama melaksanakan kerja praktek pada Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Dermaga yang dilaksanakan Kementerian Perhubungan Direktorat Jenderala Perhubungan Darat Satuan Kerja (Satker) Pengembangan Lalu Lintas Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan (LLASDP) Sumatera Selatan yang bekerja sama dengan     PT. Karyatama Saviera, disimpulkan bahwa :
1.          Tiang pancang yg di gunakan adalah tiang pancang tunggal atau single pile.
2.          Cara pengangkatan tiang pancang sebelum dipancang harus memperhitungkan momen terbesar yang terjadi pada tiang pancang tersebut.
3.          Cara pengangkatan tiang di pakai pola satu tumpuan dikarenakan di lokasi pekerjaan tidak memungkinkan dilakukan pengangkatan dengan pola dua tumpuan karena kondisi lapangan yang sempit.





DAFTAR PUSTAKA



Bowles, Joseph E., “Analisis dan Desain Pondasi”. Jilid 2, Edisi Ke-4, Erlangga, Jakarta. 1991.

Hardiyatmo, Hary Christady., “Teknik Pondasi II”. Edisi Ke-1, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 2001.

Dipohusodo, Istimawan., “Struktur Beton Bertulang”. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 1999.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi., “Rekayasa Fundasi II, Fundasi Dangkal dan Fundasi Dalam”. PT. Gunadarma, Jakarta. 1997.

Sunggono, K.H, Ir., “Buku Teknik – Sipil”. Penerbit Nova, Bandung. 1979.

Sardjono HS, Ir., “Pondasi Tiang Pancang I dan II”. Penerbit Sinar Wijaya, Surabaya. 1991.

Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan., “Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983”. Bandung. 1983.

Departemen Pekerjaan Umum, Yayasan LPMB Bandung., “Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung”.  Jakarta. 1991.